Oke
satu lagi hal miris di indonesia berkaitan dengan indonesia yaitu masalah penegakan hukum, ya
hukum. Kenapa hukum ? seperti judul
posting kali ini hukum di indonesia : tumpul diatas tajam dibawah layaknya
pisau yang pilih-pilih terhadap apa yang
dipotongnya. Mengapa tidak ? di indonesia seakan-akan yang harus taat hukum itu
adalah kalangan menengah kebawah
sedangkan bagi kalangan atas dan pejabat seakan hukum di indonesia sekedar
aturan yang apabila dilanggar pun nggak masalah bagi mereka. Ga heran kalau
rakyat di indonesia kurang toleran atau kurang respect terhadap para pejabat
dan politikus di indonesia.
Kenapa aku
tiba-tiba posting hal serius kayak gini? tadi aku pas buka salah satu situs
jejaring sosial raksasa *bacaFacebook* ngebaca salah satu status temen kampusku
isinya tentang kasus penipuan yang dilakuin seorang manula perempuan yang
dipaksa menghadiri persidangan meskipun beliau sedang menderita stroke yang
lagi dirawat dirumah sakit dan nggak bisa gerak. Walaupun dengan keadaannya
begitu pihak pengadilan memaksa sang manula untuk tetap datang ke persidangan.
Sebenarnya sih itu nggak wajar ya mengingat kejadian-kejadian dulu ketika para
pejabat atau politikus yang berpengaruh di kekuaasaan yang tersandung kasus
korupsi mangkir dari persidangan dengan alasan tidak enak badan padahal
katakanlah sakitnya Cuma kecapekan tidak sampai oknam dirumah sakit. Ironis
sekali bukan ? hukum nggak berdaya di depan orang yang berkuasa.
Di indonesia
hal seperti yang telah aku uraikan diatas seakan udah hal yang biasa. Di
indonesia aparat penegak hukum dalam hal ini pihak kepolisian, Jaksa dan yang
lainnya seakaan ga punya kredibilitas dalam menjalankan tugasnya. Kita
perhatikan saja dengan mudahnya mereka bisa disuap untuk menutup-nutupi
kejahatan sang penjahat, iya sih tenu saja nggak semua aparat penegak hukum
melakukan praktek-praktek kotor tersebut tetapi “kebanyakan” kan melakukannya
juga. Nggak salah jika indonesia dianggap sebagai salah satu negara terkorup di
dunia lhawong hukum aja kalah sama
kekuatan uang ko. Yang bikin miris lagi adalah ketika salah satu kasus korupsi
terungkap itu tidak dilakukan secara perorangan tetapi dilakukan secara
berjamaah atau bersama-sama. Inget aja kasus yang menjerat Bedahara umum Pertai
Demokrat, Nazarudin yang sempat menjadi buron selama beberapa minggu karena
kasus korupsi wisma atlet. Nazarudin ketika dalam pelariannya kora-koar bahwa
sebagian besar orang yang memegang kendali atas partai demokrat terlibat kasus
korupsi yaitu contohnya adalah Anas Urbaningrum dan Angelina Sondak.
Namun ketika
Nazarudin telah tertangkap, tiba-tiba saja nararudin langsung saja bungkam tidak
lagi koar-koar seperti ketika masih buron. Ga tau deh kenapa tiba-tiba tuh
orang langsung bungkam ketika ditangkap, mungkin karena desakan-desakan orang
diatasnya mungkin ? siapa tau kan? Yah begitulah ironi cara penegakan hukum di
indonesia ketika rakyatnya masih banyak yang dibawah garis kemiskinan tetapi
para pemangku kekuasaan masih banyak yang tersandung masalah hukum apalagi tega
buat mengkorupsi uang rakyat. Terkadang aku iri sama negara-negara yang tingkat
korupsinya rendah, kalo nggak salah New Zeland (Selandia Baru) adalah negara
yang tingkat korupsinya terkecil di dunia. Mungkin tingkat kesadaran mereka
akan sudah tinggi bahwa budaya korupsi adalah budaya yang buruk bagi
kelangsungan negara.
No comments:
Post a Comment